Web Hosting

Minggu, 10 Mei 2015

Aku Pulang

Aku Pulang
Tiga jam sudah berlalu sejak aku terbaring. Tidak juga rasa kantuk menghampiriku, sedikitpun.Aku lihat di samping kiriku, ibuku sudah tertidur pulas.Aku lempar pandanganku ke samping kanan. Mataku tertuju pada lima tumpukan buku di atas meja.

Pasti Ika, adikku. Dia tahu betul hobi kakaknya.Sudah lama dia tidak lagi bertanya tugas-tugas kuliahnya padaku.Sebenarnya dia jauh lebih cerdas dariku.Dia bisa masuk universitas yang gagal aku masuki, UNS Surakarta.Dulu, aku sangat ingin masuk jurusan hukum, tapi akhirnya justru aku terdampar sebagai calon sarjana komputer.


Aku ambil salah satu buku itu, Tertawa Bersama Al Qur’an, Menangis Bersama Al Qur’an.Aku tidak begitu suka buku agama, aku lebih menggemari buku-buku sejarah.Tapi aku lihat kelima buku itu bertemakan agama semua.Apa boleh buat, semoga aku cepat mengantuk setelah membaca buku, pikirku. Aku bolak-balik tiap halamannya, mencari sesuatu yang menarik untuk aku baca.Hingga akhirnya aku mendapati judul, Detik-Detik Terakhir Kehidupan Yazid al-Rakasyi.

Hawsyab ibn Aqil menceritakan bahwa detik-detik terakhir kehidupannya, Yazid ibn al-Rakasyi membaca ayat: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat saja diberikan dengan sempurna balasanmu.”
Kemudian ia berkata, “Semua amal manusia akan ditaruh di hadapannya dan semua amal mereka akan mendapatkan balasan yang sempurna. Setiap orang akan menyaksikan untuk apa ia bekerja. Dunia beserta segala isinya akan berakhir dengan kematian.”

Aku terhenti membacanya.Aku tidak sanggup lagi membacanya, terbesit rasa takut.“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati….” Aku tutup buku itu cepat-cepat. Aku taruh kembali buku itu, aku minum air putih yag sudah disediakan untukku. Apakah ini hari terakhirku menghirup nafas?Pertanyaan yang menghanyutiku secara tiba-tiba.

Aku lihat ibuku, sudah 24 tahun ia bersamaku. Belum pernah aku mendengar nada tingginya di telingaku.Selalu lemah lembut, penuh kasih sayang menasehatiku.Pelan-pelan ingatanku mundur ke belakang.

***

“Ham, sini nak Ibu mau bicara,” panggil ibuku sore itu.
“Ya bu, kenapa?”

“Kamu kan sudah lulus SMA.Ibu, jujur tidak punya biaya untuk kamu kuliah nak.Ibu, minta maaf,” kata Ibuku sambil tertunduk menutup wajahnya.

“Bu, Ilham tidak ingin kuliah kok Bu. Sejak awal Ilham sudah putuskan untuk bekerja.Ibu jangan sedih.Ibu doakan Ilham saja semoga Ilham cepat dapat pekerjaan.”Aku usap lembut punggungnya. Aku peluk ia, aku coba menenangkannya.

Ibuku adalah orang tua yang hebat.Dia memilih menjadi single parent dan membesarkan aku bersama adikku, Ika.Ayahku meninggal karena demam berdarah 14 tahun yang lalu.Saat itu aku masih ingat, aku hanya seorang bocah berusia 10 tahun yang mencoba menghibur adikku yang berusia 4 tahun.

Ibuku bekerja mati-matian untuk menyekolahkan kami berdua.Beliau tidak pernah berpikir untuk menikah lagi.Dia sangat mencintai ayah lebih dari apapun juga.Dan baginya kami adalah pengganti ayah di kehidupannya.

Aku bekerja untuk membantu ibuku menyekolahkan Ika.Aku berharap Ika membawa mimpi-mimpiku untuk kuliah.Akhirnya dia bisa kuliah, dengan beasiswa yang dia usahakan sendirian tanpa memberitahu aku dan ibu.Kejutan untuk kami, katanya.Di samping itu, kini dia juga bekerja sebagai penyiar radio.

“Kak, uang yang kakak tabung untuk kuliah Ika lebih baik untuk kakak kuliah saja. Ika kan sudah dapat beasiswa, dan Ika juga sudah dapat pekerjaan sekarang. Ibu pasti setuju kalau uang itu buat kakak kuliah. Ya kan Bu?”

“Iya Ham, uang itu untuk kamu kuliah saja.Siapa tahu nanti kalau kamu sudah sarjana kamu dapat pekerjaan yang lebih baik lagi.”

***

“Pagi kak.Nyenyak tidurnya?”

“Pagi Ka. Lumayan.Ibu mana?”

“Ibu sholat dhuha.Kak Ilham mbok juga sholat, kakak kan sekarang pemimpin keluarga kita setelah bapak pergi.”

“Nanti sajalah Ka.”

“Ya jangan begitu to kak.Sholat itu tiangnya agama.Kak Ilham gimana mau jadi pemimpin aku sama ibu kalau kak Ilham saja agamanya ambruk ndak punya tiang.”

“Ka, ini masih pagi ya Ka.Aku baru bangun tidur.Bisa ndak aku tenang sedikit saja.”

“Yasudah maaf kak.Aku pergi siaran dulu kak, assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalam.”

Dia pergi meninggalkan aku sendiri.Sering, bahkan terlalu sering dia menceramahiku tentang sholat.Dan selalu berakhir dengan adikku yang memilih diam. Dia pasti tahu sifat kakaknya yang keras kepala.Ibuku pun sampai putus asa menasehatiku untuk sholat.Hingga akhirnya beliau menyerah dan mendiamkanku.

Aku mulai meninggalkan sholat sejak ayahku meninggal.Baik itu sholat wajib, apalagi sholat sunah.Aku merasa Tuhan tidak adil.Tuhan itu kejam.Dia, Dia yang menyebut diri-Nya Tuhan sudah mengambil kebahagiaan keluargaku, hinga ibu harus bekerja keras menghidupi keluarga kami.Dia yang sudah membuat aku hampir saja tidak bisa kuliah. Dan Dia, Dia yang sudah membuat aku terbaring di rumah sakit saat ini. Dia sudah memberikan tumor di kepalaku.Apakah Dia pantas mendapat sebutan Tuhan? Tuhan Maha Penyayang tapi sekarang apa yang diperbuat-Nya padaku? Beginikah perbuatan Maha Penyanyang kepada hambanya?Dia tidak pantas disebut Tuhan.

“Ham ada temanmu mau menjenguk,” kata ibu mengagetkanku.

“Zahra.”

“Ibu keluar dulu ya Ham, biar ditemenin nak Zahra. Ibu tinggal dulu ya nak,” kata ibu meninggalkan kami berdua.

“Iya Bu. Gimana sudah sehat?”tanya Zahra setelah ibuku pergi.

“Kalau sehat mah sudah lari kesana kemari Mbak.Wong masih di atas tempat tidur gini kok.”

“Maksud aku sudah mendingan belum gitu Dik Ilham.”

“Yah lumayan.”

“Anak-anak pada kangen sama kamu.Gak ada yang ngajarin kriptografi katanya.Makanya cepetan sembuh donk.”

“Anak-anak apa kamu?Yang kangen anak-anakkok yang datang cuma kamu sendiran.”

“Ih, anak-anak Ham.Sakit aja masih tetep nyebelin ya kamu ih. Aku tadi mampir ke toko buku, terus inget sama kamu deh. Jadinya sekalian aku mau jenguk kamu, sama ini aku beliin kamu buku biografinya Chrisye,” katanya sambil menyerahkan bungkusan berisi buku yang dibelinya.

“Wah makasih loh, nanti aku pasti baca.Tuh buku di meja juga dari Ika belum sempet aku baca.Banyak lagi.”

“Kamu suka bukunya?Harusnya suka, kamu kan suka sejarah.”

“Ga juga sih, tapi aku lebih suka sama yang beliin buku ini,” godaku.

“Kamu tuh ah,” dia menepuk pahaku dengan keras.

“Aduh, sakit tahu Za.”

“Maaf, maaf.”Katanya sambil tertawa.

Kami bercerita banyak hal.Tentang kondisiku, tentang mata kuliah yang tidak aku ikuti selama ini, tentang ika, tentang keluargnya, dan banyak lagi.Akhirnya dia pamit untuk pulang.Masih ada kerjaan katanya.“Cepat sembuh Ham, aku butuh guru kriptografi soalnya.Juga butuh pacar.”Katanya sambil mengedipkan mata.Aku hanya tertawa mendengarnya.

Aku taruh buku itu di meja sampingku.Mataku kembali tertuju ada bukuyang semalam aku baca.Sedikit ragu aku mengambilnya, walau akhirnya buku itu kini ada di tanganku.Ada sedikit rasa penasaran tentang isi buku ini.Aku mulai tertarik membacanya.Aku bolak-balik buku itu, membacanya secara acak.

Allah berfirman, “Maka, bagamimana pendapatmu jika kepada mereka kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun, kemudian kami datang kepada mereka azab yang diancamkan kepada mereka niscaya tidak berguna bagi mereka nikmatyang mereka rasakan.”

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia MahaPerkasa, Maha Pengampun.”
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.Ituah yang dulu hendak kamu hindari.

Aku tutup buku itu.Tak terasa airmataku sudah membasahi pipiku.Bergetar hatiku membaca buku itu.Terasa dekat kematian bagiku. Apakah Izrail akan berkujung ke ruanganku ini? Apa yang sudah aku persiapkan untuk menyambut tamu agung ini?

Sudah berapa banyak dosa yang aku lakukan selama ini?Sungguh telah lalai diriku ini.Aku telah tersesat jauh di dalam kebencianku pada-Mu.Kenapa aku tidak bisa menasehati diriku sendiri?Kenapa aku tidak mengenal diriku sendiri hingga perlu orang lain untuk menasehatiku? Berbagai pertanyaan muncul di benakku.

Allah aku kembali, aku pulang, pulang ke hadirat-Mu, pulang ke takdirku sebagai hamba.Aku menangismenyesal.Aku hisap semua yang telah aku lalui. Apakah aku akan mati dalam keadaan kafir? Apakah masih ada kesempatan untuk aku menjadi muslim yang taat? Apakah neraka tempat kembaliku kelak?Bermacam-macam pertanyaan menghantuiku.

Hingga terdengar adzan dhuhur berkumandang.Aku tersentak mendengarnya, suara yang tak pernah bisa menyentuh hatiku selama 14 tahun.Tetapi sekarang menghadirkan rasa rindu yang mendalam.Kerinduan pada yang Maha Abadi.Aku bertayamum dan inilah sholat pertamaku sejak 14 tahun yang lalu.Allah Akbar.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar