Web Hosting

Rabu, 20 Mei 2015

Perbincangan

Perbincangan
Berlangsung percakapan antara Syaikh al Balkhi dan Hatim al Asam. Syaikh berkata, “Sudah berapa tahun kamu bersamaku?”


Hatim menjawab, “Tiga puluh tiga tahun.”


“Apa yang kamu pelajari dariku selama itu?”


“Delapan hal.”


Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Selama itu kamu hanya belajar delapan hal?”


“Guruku, aku tidak mendapatkan pelajaran selain delapan hal. Aku tidak berbohong.”


“Sebutkanlah!”


“Pertama, aku melihat alam ini. Aku menyaksikan bahwa setiap orang mencintai seseorang dan menghabiskan waktu bersamanya hingga masuk liang kubur. Ketika ia masuk kubur, orang yang mencintai berpisah darinya. Maka, aku menerima kebaikan sebagai sesuatu yang ku cintai sehingga ketika aku masuk kubur, sesuatu yang ku cintai akan menyertaiku.”


“Sungguh bagus hai Hatim, lalu apa yang kedua?”


“Ketika merenungkan ayat, Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) nafsunya maka sungguh surgalah tempat tinggal(nya). Aku yakin, firman Allah pasti benar. Karena itu, aku berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menuruti nafsu sehingga aku terbiasa taat Allah.


Ketiga, semua manusia memiliki sesuatu, pasti sesuatu itu penting baginya. Kemudian aku merenungkan firman Allah, Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Segala milikku yang penting ku serahkan kepada Allah sehingga aku ingin apa yang ku serahkan manjadi abadi di sisi Allah untukku.


Keempat, aku melihat manusia menjadikan harta, nasab, kehormatan sebagai dasar keberadaan. Setelah direnungkan, aku melihat semua itu tidak ada artinya. Kemudian aku merenungkan ayat, Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Karena itulah aku berusaha keras menjadi orang yang bertakwa agar menjadi mulia di sisi Allah.


Kelima, aku melihat manusia saling merugikan pihak lain dan saling melaknat. Penyebabnya adalah kedengkian. Kemudian aku merenungkan ayat, Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia. Karena itulah ku tinggalkan kedengkian dan percekcokan dengan manusia. Aku paham, nasib seseorang berada di sisi Allah. Karena itu, ku tinggalkan juga permusuhan.


Keenam, aku melihat manusia saling menyerang dan membunuh. Lalu ku renungkan ayat, Sungguh setan itu musuh bagimu. Maka, perlakukanlah ia sebagai musuh. Karenanya, ku arahkan permusuhan hanya kepada setan. Aku berusaha semampu mungkin berhati-hati terhadapnya. Sebab, ada kesaksian dari Allah bahwa setan adalah musuh. Maka, aku tak lagi bermusuhan dengan manusia.


Ketujuh, aku melihat manusia mencari rezeki, menghabiskan waktu untuk dapatkan rezeki, dan melakukan banyak hal yang semestinya tidak dilakukan. Lalu ku renungkan ayat, Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi, melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Maka, aku menyibukkan diri mengurusi hak Allah. Ku serahkan tugas yang dikerjakan oleh-Nya untukku.


Kedelapan, aku melihat manusia bersandar kepada sesuatu. Ada yang bersandar pada harta, dagangan atau kreasinya, ada juga yang bersandar pada kesehatannya. Masing-masing makhluk bersandar pada makhluk. Lalu ku baca ayat, Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Aku memutuskan hanya bersandar kepada Allah. Dia cukup bagiku.


Syaikh berujar, “Wahi Hatim! Semoga Allah membuatmu bahagia! Aku telah melihat ilmu yang ada dalam Taurat, Injil, Zabur, dan al Furqan, dan semuanya berputar di sekitar delapan hal itu. Siapa yang mengamalkan kedelapan prinsip ini, berarti ia telah bertindak sesuai dengan empat kitab suci.”

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar