Besok, semua jiwa akan
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya
Semua orang akan
menuai apa yang selama ini ditanamnya.
Kalau mereka berbuat
baik, kebajikan itu akan kembali kepada mereka. Dan kalau mereka berbuat jahat,
kejahatan itu juga kembali kepada mereka.
Rambut sudah beruban. Umurku sudah lebih dari lima puluh
tahun. Meskipun aku masih gemar membaca, tetapi waktuku sudah demikian sempit. Kemilau
dunia telah merebut kenikmatan membaca yang ku miliki. Itu anakku datang. Dan itu
lagi, cucuku yang tidak pernah membosankan dilihat.
Kehidupan berjalan sebagaimana yang aku harapkan. Tidak terkeruhkan
oleh sesuatu apapun.
Tibalah akhir hari kamis. Setelah satu hari yang panjang,
penuh dengan kunjungan dan bersuka ria. Aku meninggalkan anak-anak dan
cucu-cucuku. Hati kecilku berteriak. Sungguh mengherankan dunia ini. Ada pertemuan,
ada perpisahan. Semuanya akan pergi. Meninggalkan atau ditinggalkan. Pikiran apa
ini? Dengan cepat, aku menengok ke kiri dank e kanan. Oh, ada setumpuk
buku-buku tipis dengan ukuran kecil pula yang lama mataku tertuju kepadanya.
Tidak diragukan lagi, pasti putriku yang paling bungsu telah
meletakkannya di sini. Ia selalu menghadiahkannya kepadaku dari waktu ke waktu,
dan menganjurkanku untuk membacanya.
‘Dzikir pagi dan
petang’. Buku ‘Bekal Muslim
Sehari-hari’. Apa lagi yang lain? Ada sebuah buku kecil, tidak lebih dari
empat lembar. Hanya membutuhkan tidak lebih dari empat membacanya. Aku segera
mengambilnya, dan dengan segera pula aku menamatkan bacaannya. Tiba-tiba aku
merasa pusing. Aku tidak dimandikan? Tidak dikafani? Tidak pula dishalatkan? Bahkan
tidak boleh dikuburkan bersama kaum muslimin?
Bagaimana sesudahnya? Aku sudah berusia lima puluhan tahun. Begitukah
hidupku akan berakhir?
Tidak. Ternyata masih ada lagi bacaan tersisa, akan aku ulangi
lagi membacanya, namun dengan rinci.
Buku itu berjudul, ‘Hukum
Bagi Orang yang Meninggalkan Shalat’.
Ringkasnya, bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah
kafir. Aku bertanya kepada diriku sendiri, “Apakah aku kafir? Apakah setelah
berumur sekian, aku mendapatkan gelar tersebut?” Hanya kebisuan yang panjang.
Kenapa tidak kafir? Bukankah aku selalu meninggalkan shalat?
Aku mendengar berbagai konsekuensi hukum bagi orag yang meninggalkan shalat.
Pertama, tidak sah nikahnya. Bila ia menikah, sementara ia
tidak shalat, maka nikahnya adalah batal. Si istri sudah tidak halal baginya.
Yang kedua, bila ia meninggalkan shalat setelah menikah,
maka nikahnya dibatalkan (di fasakh), dan si istri sudah tidak halal lagi
baginya.
Yang ketiga, orang yang meninggalkan shalat itu, bila
menyembelih hewan, sembelihannya tidak boleh dimakan. Kenapa? Karena sembelihan
itu haram. Padahal bila disembelih oleh orang Yahudi atau Nashrani,
sembelihannya boleh dimakan.
Yang keempat, tidak dibolehkan masuk Mekah atau batas tanah
Al Haram.
Yang kelima, bila salah seorang kerabatnya meninggal dunia,
ia tidak memiliki hak warisan.
Yang keenam, bila meninggal, ia tidak boleh dimandikan,
dikafani dan dishalatkan. Juga tidak boleh dikuburkan bersama kaum muslimin. Lalu
apa yang dilakukan dengan mayatnya?
Digotong ke tengah padang pasir, dibuatkan lubang lalu
dikuburkan bersama pakaiannya. Karena ia tidak memiliki kehormatan. Oleh sebab
itu, tidak halal bagi seseorang yang di antara anggota keluarganya ada yang
meninggal, sementara ia tahu bahwa orang yang meninggal itu tidak shalat, lalu
menyerahkannya kepada kaum muslimin untuk dishalatkan.
Aku bagaikan hidup di alam mimpi. Aku meletakkan buku itu di
sampingku. Aku mengangkat tanganku ke atas kepala dan menekannya dengan kuat. Jatuhlah
satu helai uban. Aku memandanginya, apakah setelah aku beruban, aku tidak
dimandikan dan tidak dikafani. Bahkan juga tidak dishalatkan?
Inikah akhir dari segalanya? Inikah hasil dari yang ku
kumpulkan dari dunia ini?
Allah, sebuah kata yang keluar dari lubuk hatiku dengan
tekanan penuh. Inikah akhir dari segalanya?
Di manakah kita telah berbuat keteledoran? Tidak di ragukan lagi,
bahwa aku sungguh telah berbuat kelalaian, bahkan terlalu meremehkan. Tetapi masalahnya,
lima puluh tahun. Aku tidak pernah mendapatkan orang yang menasehati diriku
seperti itu! Bagaimana ini? Tanggung jawab siapa ini?
Aku mencuci hari-hari yang buruk dengan air mata taubat. Aku
berjanji kepada diriku sendiri untuk menjadi penasehat bagi setiap orang yang
melakukan kesalahan.
Aku pun berdiri untuk shalat. Aku akan dishalakan,
dan Insha Allah akan dikuburkan bersama kaum muslimin.