Web Hosting

Sabtu, 23 Mei 2015

Al Hajjaj dan Orang Badui

Raja Al Hajjaj bin Yusuf yang diiringi para pengawalnya suatu ketika melakukan perjalanan mengelilingi daerah kekuasaannya.

Dalam perjalanannya itu, tibalah rombongan kerajaan tersebut tiba di suatu tempat antara Mekkah dan Madinah yang bermata air jernih dan segar. Ia lalu memerintahkan pengawalnya untuk mencarikan teman mengobrol dan sekaligus untuk teman makan dalam peristirahatannya itu.
Kemudian pengawal itu pergi menyusuri tempat sekitar daerah itu untuk mencari orang yang dibutuhkan tuannya itu.

Ketika pengawal itu sampai di sebuah bukit, tampak seorang badui yang sedang tidur berselimutkan kain kumal. Pengawal itu membangunkannya.

"Hai, bangun! Kamu dipanggil Baginda Raja!"

Mendengarnya, tentu saja orang badui desa itu terheran-heran. Bagaimana mungkin seorang raja memanggil dirinya yang bodoh ini?

Tapi akhirnya, karena desakan pengawal itu, si badui menurutinya. Ketika dia sampai di tenda Raja Al Hajjaj, dia diperintahkan mencuci tangan dan kakinya. Hal itu semakin membuat si badui bingung tak mengerti.

"Ayo kau makan bersamaku," kata Raja Al Hajjaj menyambut si badui itu.

Mendapat tawaran raja, ternyata si badui itu menolaknya.

"Maaf Baginda. Terima kasih atas undangan paduka. Tapi hamba telah menerima undangan dari sesuatu yang lebih baik dibanding undangan dari paduka," kata badui itu.

"Kau telah menerima undangan dari seseorang? Siapakah dia?" tanya raja Al Hajjaj merasa undangannya diremehkan.

"Allah. Dia telah memanggilku untuk berpuasa. Dan hari ini aku tengah menjalankan puasa, memenuhi undangan-Nya," jawab si badui.

"Tapi apakah di bawah terik panasnya matahari seperti ini kau masih tetap berpuasa?" tanya raja Al Hajjaj lagi.

"Ya! Bahkan meskipun menghadapi panas yang melebihi panasnya saat ini."

"Sudahlah, batalkan saja puasamu untuk hari ini saja. Besok kamu bisa berpuasa lagi," ujar raja Al Hajjaj.

"Apakah Baginda bisa menjamin, bahwa besok hamba masih hidup dan bisa melakukan puasa lagi? Bila Baginda bisa menjaminnya, hamba akan berbuka puasa saat ini," kata si badui.

"Oh tentu saja aku tak bisa menjaminnya. Mati hidup seseorang itu diluar kehendak kita."

"Jika Baginda tak bisa menjaminnya, kenapa Baginda minta kepada hamba untuk membatalkan sesuatu yang sudah pasti dan menjanjikan sesuatu yang di luar kehendak paduka," kata si badui.

"Kau akan menyesal jika tak mau memakan masakan yang lezat ini hai badui," bujuk raja Al Hajjaj.

"Kelezatan tidak terletak pada sebuah masakan. Kelezatan hanya diperoleh dari tubuh yang sehat wal afiat," jawab si badui.

Akhirnya raja Al Hajjaj bin Yusuf sadar dirinya merasa mendapat pelajaran. Ternyata orang badui yang dianggap bodoh berasal dari pedesaan yang terpencil ini, tercermin sifat-sifat yang agung dan mulia.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar